jump to navigation

Guruku panduanku 9 Mei 2009

Posted by masjaliteng in Unek-unek.
Tags: , , , ,
trackback

membacaEntah kenapa saya kepingin menulis tentang guru. Mungkin juga karena kemarin baru saja diperingati hari pendidikan nasional. Atau karena si diva minggu depan libur 3 hari karena akan ada UN tingkat SD hingga teringat akan guru. Yang pasti aku sangat berterima kasih untuk semua guruku.

Mungkin saja karena saya teringat beliau semua. Sejak lahir hingga sekarang sudah tidak terhitung berapa orang yang telah menjadi guru saya. Saya punya banyak guru secara formal dari tk hingga sarjana, tapi lebih banyak lagi guru dalam kehidupan nyata. Guru ngaji, guru silat atau guru ngeblog dan masih banyak lagi. Semua orang atau apapun yang telah memberikan ilmu atau tambahan ilmu bagiku sudah selayaknya kuanggap guru. Dan tidak ada yang namanya mantan guru dalam kamusku. Semua telah berjasa untukku dan aku harus berterima kasih untuk itu.

Dalam pendidikan formal dimulai dari tk. Di tk yang sehari-harinya diisi dengan bermain, mengalami transisi di sd yang sudah mulai calistung. Demikian pula saat smp, terjadi pula transisi masa puber yang belum ada saat sd. Di sma-pun ada pencarian jati diri setelah masa puber. Alhamdulillah semua itu terlampaui dengan sukses berkat bimbingan para guru. Yang dengan sabar dan tekun serta berdedikasi untuk menjadikan anak didiknya lebih baik dan lebih bijak di masa depannya.

Yang agak merisaukanku adalah kenyataan guru masa kini. Menurutku sangat jauh berbeda motivasi guru dulu dengan guru sekarang. Menurutku guru adalah seorang pengajar sekaligus pendidik. Mereka mengajarkan ilmu dan mendidik siswanya agar bijak dan siap dalam kehidupan. Dan semua itu kudapatkan dari semua guruku. Guru sekarang ada yang hanya mengajar saja. Kalau sudah mengajar maka lunaslah kewajiban, soal pendidikan itu urusan lain.Tentu saja tidak semua karena ada pak Sawali dan mas Wandi sebagai contoh pengecualian. Sekali lagi tidak semua dan masih banyak yang lebih baik.

Hal tersebut menurutku karena motivasi dan niat pertama kali menjadi guru. Guru adalah tugas dan pekerjaan yang mulia dan butuh pengorbanan, itu harus disadari sejak awal. Kalau niat awal menjadi guru karena tugas mulia untuk mencerdaskan dan menjadikan kehidupan yang lebih baik itulah yang utama.

Namun kalau menjadi guru karena formasi guru adalah lowongan kerjanya paling banyak, itu yang patut dipertanyakan. Sehingga motivasinya karena daripada tidak punya pekerjaan. Hingga yang dari non kependidikan pun mencari akta mengajar sebagai syarat tambahan. Atau sampai ada yang banting stir, tadinya kuliah di bidang kesehatan pindah jalur ke pendidikan supaya setelah lulus bisa cepat bekerja.

Semuanya sah-sah saja dan berpulang kepada yang menjalaninya. Semoga sejalan dengan bergulirnya waktu meningkat pula kualitas guru sehingga makin maju pula dunia pendidikan kita. Bagaimana menurut anda?

Komentar»

1. sawali tuhusetya - 9 Mei 2009

terlepas dari sentilan2 kritik khas masjaliteng, hehe …. yang pasti saya sangat suka dan alut pada siapa pun. lebih2 bloger yang masih berkenan utk mengapresiasi kerja guru. matur nuwun mas jaliteng. konon sih ada yang bilang, ada dua jenis guru, yakni guru kurikulum yang melaksanakan tugas mengajar sesuai target kurikulum lalu selesai. tapi ada juga guru inspiratif yang sanggup memberikan insiprasi kepada siswa didik utk terus belajar melalui kurikulum kehidupan yang sesungguhnya.

masjaliteng - 9 Mei 2009

begitu besar jasa guru dan hutang budi saya buat beliau2, namun saya prihatin ada semacam disorientasi pada guru sekarang ini Pak…

2. the fachia - 9 Mei 2009

Iya guru, pahlawan tanpa tanda jasa.. 🙂

masjaliteng - 9 Mei 2009

mungkin itu dulu, sekarang ada yang selalu menuntut tanda jasa 🙂
tengkyu atas kunjungannya mas…

3. ryan - 9 Mei 2009

sekarang saya benci guru 😡

masjaliteng - 9 Mei 2009

kenapa to mas? besar jasa guru bagi kita, pasti ada alasan kuat yang mendasari pernyataan anda ya…

Jajang - 10 Mei 2009

terlepas dari disorientasi masing2 orang yang menjadi guru, kita harus tetap menghargai mereka sebagai seseorang yang telah membuat kita dari tidak tahu menjadi tahu.

masjaliteng - 10 Mei 2009

yap, saya sependapat mas, cuman kalau lebih mulia tujuannya kan dapat balasan di dunia maupun akhirat…

4. oyot tana - 9 Mei 2009

guru guru good luck 4 you.
mas admin kok smpe sepeduli ini ya..

masjaliteng - 9 Mei 2009

hanya sebuah kegelisahan yang perlu dicairkan kok mas…

5. aspirasiputih - 9 Mei 2009

Guru.
G= ga ada tandingannya
U= untuk bangsa dan negara.
R= ruar biasa jasa mu.
U= udah cape..gajinya di sunat.

masjaliteng - 9 Mei 2009

wah, ternyata selain bisa mbuat cerpen pintar juga buat akronim mase ni 😀

6. WANDI thok - 9 Mei 2009

Guru, nek minggu turu, sayange di Singo kayake Smart sinyale gak ada mas, jadi masih bingung iki 🙄 Koneksi modemku masih ngambek.

masjaliteng - 9 Mei 2009

itu berlaku utk yg mudik, apa ya yg bagus disitu? soale disini bisa semua sih, sabar dulu mas 🙂

7. Fariskhi - 9 Mei 2009

Emang jaman sekarang guru banyak yang gak bener…

masjaliteng - 9 Mei 2009

sedikit kok mas, masih banyak yang lebih baik…

8. zefka - 9 Mei 2009

pilihan untuk menekuni profesi sebagi guru pun merupakan suatu yg layak dihargai, tidak semua orang berani memilih pilihan ini. Mudah2 para guru di Indonesia selalu diberi petunjuk olehNya sehingga anak didiknya mendapat ilmu yg benar2 bermanfaat, amin.

masjaliteng - 9 Mei 2009

Amin. yap, semoga yg niat awalnya belum benar nantinya diluruskan, dan yg sudah benar tetap istiqomah…

9. Hary4n4 - 9 Mei 2009

Yg paling kusuka dari sekian banyak guru adalah..Guru Kehidupan. Nyata dan apa adanya tanpa pernah minta imbalan apa pun. Luas ilmunya dan berlaku utk selamanya sampai akhir hayat. Makasih mas.. udah mengingatkan dgn yg satu (guru) ini. Salam

masjaliteng - 9 Mei 2009

sama-sama mas, karena saya masih juga belajar terus…

10. marsudiyanto - 10 Mei 2009

Weh…
Jenengku kok rak di link koyo Pak Sawali…
Tapi nggak apa2…
Di Blog, saya nggak bawa institusi, nggak mengatasnamakan instansi, nggak nyangkut profesi, karena saya nggak profesional.
Selamat buat para GURU…

masjaliteng - 10 Mei 2009

Maap, linknya ketinggalan Pak, soale saya yang kurang gaul, salut buat Panjenengan, blognya sangat profesional…

11. marsudiyanto - 10 Mei 2009

Oh hiya, salam buat Mashuri / Pakhuri / Pak Mashuri…
Meh ngundang Mas Mashuri kok dobel, rak penak…

masjaliteng - 10 Mei 2009

insyaAllah saya sampaikan, sekarang beliaunya di Dikpora lho Pak, jadi deketan sama para guru…

12. Raffaell - 11 Mei 2009

Ya memang, guru guru jaman dulu tangguh tangguh, dan selalu di hormati, sekarang guru guru itu seperti turun derajat ya…

masjaliteng - 11 Mei 2009

yo nggak to mas, malah menjanjikan, hingga banyak yg tertarik menjadi guru, sekarang juga banyak yg hebat2…

13. byme - 11 Mei 2009

guru digugu lan ditiru tul g
byme

masjaliteng - 11 Mei 2009

betul sekali mas, seharusnya memang begitu, bukan yang wagu tur saru…

14. rismaka - 11 Mei 2009

Jadi guru (apapun itu, selagi bukan guru penjahat) memang harus ikhlas, agar amal2 menjadi guru tsb dapat diterima. Karena 2 syarat diterimanya amal adalah (1) ikhlas, dan (2) i’tiba.

Guru juga tidak mesti guru sekolah, Saya stuju dg penyebutan guru di atas, yakni guru ngaji, guru silat 😆 , guru ngeblog, de el el. Tapi guru yang terbaik adalah kita sendiri. Karena pengalaman adalah guru yg terbaik. Betul ga siy?

masjaliteng - 11 Mei 2009

ikhlas berasal dari niat yang benar dan lurus, pengalaman dari siapapun merupakan guru yang terbaik selama kita bisa mengambil ibrohnya. betul juga nggak ya?

15. Ziadi Nor - 11 Mei 2009

Kualitas guru sekarang ini berbanding lurus dengan fakultas atau universitas pencetak tenaga guru. Perlunya pembenahan kurikulum, terlebih lagi dengan menambah sks mata kuliah pelajaran agama kemungkinan besar akan menambah kualitas guru, jadi bukan hanya bisa mengajar, tapi juga bisa mendidik.(www.ziadinor.wordpress.com)

masjaliteng - 11 Mei 2009

ya, idealnya memang begitu mas, guru bukan hanya bisa mengajar tapi juga bisa mendidik, namun penambahan sks mk agama juga belum menjamin selama sistem pendidikan masih mendewakan pragmatisme seperti sekarang, menurutku…

16. Oyot Sutono - 11 Mei 2009

buat guru di smkn 1 sukoharjo: SALAM HORMAT dari ex muridmu yg masih merana.

nunut mas.. mo minta ijin juga ngelink blognya, kalo boleh..

masjaliteng - 12 Mei 2009

monggo, silakan dilink Mas, mohon maaf punya panjenengan sudah tak link duluan…

17. malcum - 12 Mei 2009

faktor ekonomi-lah yg jadi latar belakang munculnya fenomena guru “yg alakadarnya” ini?? umh.

18. malcum - 12 Mei 2009

faktor ekonomi-lah yg jadi latar belakang munculnya fenomena guru “yg alakadarnya” ini umh.

masjaliteng - 12 Mei 2009

kelihatannya begitu Mas, tapi kalau mau berubah dan belajar tentunya tidak lagi sekedarnya saja…

19. Tegar - 12 Mei 2009

ada kelakar:

GURU (masa lampau):
“keno diguGU lan ditiRU ”

GURU (masa kini):
“yen mingGU yo tuRU”

masjaliteng - 12 Mei 2009

itu berarti yang enam hari kerja Mas, juga untuk yang ndak ikutan kuliah ekstensi Sabtu-Minggu…

20. Yayat Sudrajat - 16 Mei 2009

Mas, … Bapak saya Guru, Ibu saya (alm) juga Guru, dan saya bisa begini juga salah satunya faktor guru ikut berpengaruh. Terima kasih Mas saya terharu dengan tulisan Mas ini. Saya ijin link sahabat di blog saya ya Mas. Trims atas kunjungannya.

masjaliteng - 16 Mei 2009

silakan mas, maaf punya mas sudah tak link duluan, kok mas yayat nggak jadi guru ya? terima kasih juga mas atas apresiasinya.


Tinggalkan Balasan ke WANDI thok Batalkan balasan